Kamis, 24 Agustus 2017

Mengenang 4 Tahun Kepergiaan Mama Tercinta

Tepat 4 tahun silam pada tanggal 24 Agustus 2013, Mama pergi meninggalkan kami semua menghadap sang Khalik. Begitu cepat Mama harus berpisah dengan kami, sehingga terasa begitu singkat kami merasakan kasih sayangnya. Namun, kami patut bersyukur bahwa kami semua masih bisa merasakan kasih sayangnya semasa hidupnya mendampingi kami. Bersamanya pula kami semua berbagi suka dan duka.
Bagiku, Mama adalah sosok wanita tangguh. Pada sisa akhir hidupnya, beliau harus berjuang melawan penyakit kanker yang dideritanya. Selama kurang lebih 2 tahun sejak dinyatakan mengidap kanker payudara, beliau terus berjuang mencari pengobatan. Hampir semua jenis pengobatan baik pengobatan scara medis maupun tradisional sudah beliau jalani. Dengan sisa-sisa uang yang dimiliki, tidak menjadi penghalang baginya untuk terus mencari pengobatan, walau harus pergi jauh dari rumah.
Teringat saat itu ketika saya sedang menempuh pendidikan (kuliah) di Malang bersama istri dan anak-anak. Saya pun mencoba membujuk Mama untuk mencoba pengobatan di daerah Malang. Mama pun bersedia meninggalkan kampung halaman untuk datang ke Malang sekaligus menengok saya sebagai anak semata wayangnya juga mau menengok cucu-cucunya yg saat itu masih kecil-kecil dan juga bersekolah di Malang.
Saat Mama ke Malang, Mama sudah mengidap kanker selama 1 tahun lebih dan sudah dinyatakan menderita penyakit kanker payudara stadium 4 namun Mama tidak patah semangat. 
Selama hampir 3 bulan Mama berada di Malang, Mama terus menjalani pengobatan di salah seorang Dokter Pensiunan TNI AL. Dokter tersebut boleh dibilang sudah banyak menyembuhkan berbagai jenis penyakit kronis. Di sela-sela kegiatan kuliah, saya terus mengantar Mama berobat yang sudah dijadwal 2 kali dalam seminggu. 
Pada pengobatan hari pertama di Dokter tersebut, saya sempat mengalami pingsan hampir 1 jam lamanya. Pada awalnya semua berjalan lancar, kami mengantri diantara para pasien. Tiba giliran Mama yang dipanggil, saya turut masuk ke dalam ruang praktek sang Dokter untuk mendampingi Mama. Saya tetap duduk sambil mengamati bagaimana sang Dokter memeriksa Mama. Ketika sang Dokter mulai memberikan suntikan yang pertama, disitu saya merasakan hal yg aneh. Sekujur tubuh saya terasa dingin. Lanjut sang Dokter pun memberikan suntikan kedua. Saya mencoba berdiri, namun saya merasa seolah-olah tidak memiliki daya untuk menggerakan tubuh saya. Akhirnya saya tetap terduduk sambil menatap Mama dengan perasaan yang tidak menentu.
Tibalah saatnya kami harus keluar dari ruang tersebut. Sang Dokter memberikan resep obat kepada saya untuk mengambil obat di apotik yang letaknya ada di bagian belakang rumah si Dokter. Kami pun bergegas keluar dari ruangan. Saya yang berdiri di bagian depan mencoba membuka pintu disusul Mama di belakang saya. Seketika itu pula saya tidak merasakan apa-apa lagi. Saya terjatuh pingsan persis di depan pintu. Untungnya ada asisten dokter yg juga berdiri tepat di samping saya. Saya pun dipapah dan dibaringkan diatas kursi panjang dan kepala saya ada di pangkuan Mama. Ternyata selama saya mengalami pingsan, sang Dokter sempat menghentikan pengobatan ke pasien lain dan harus melayani saya. Ketika saya terbangun, saya melihat Mama sedang menangis sambil menatap saya. Beliau sangat takut terjadi apa-apa dengan saya. Karena kejadian itu, maka pengobatan kali berikutnya, saya cukup duduk di luar saja. :)

Segala upaya telah dilakukan, namun pada akhirnya kami harus menerima takdir Ilahi. Didalam rumahnya sendiri di kampung halamannya, Mama harus pergi meninggalkan kami semua. Beruntung saat kepergiaan Mama, saya beserta istri dan 3 orang anak saya sedang berada di rumah mama. Kami masih menyempatkan singgah ke kampung, setelah selesai melaksanakan PKL di Flores untuk kembali ke Malang. Seminggu sebelum kepergian Mama, kami sdh berada di kampung. 
Melihat kondisi Mama saat itu, saya memutuskan untuk berhenti kuliah selama 1 tahun. Saya pun menghubungi pihak kampus agar saya diberi ijin cuti selama 1 tahun. Saya hanya meminta istri saya kembali ke Malang untuk melanjutkan kuliahnya. 
Pada malam itu tgl 23 Agustus 2013, saya harus menyiapkan keberangatan istri dan anak saya untuk kembali ke Malang. Besok jam 5 pagi harus berangkat ke Bandara. Sementara Mama terbaring di kamarnya ditemani bapak, nenek dan paman saya. Tepat jam 02.00 dini hari, saya terkejut setelah paman datang meghampiri saya dan mengatakan "Mul, kamu yang kuat. Mama sudah pergi untuk selamanya". Seketika saya lari ke kamar dimana Mama terbaring. Seakan tidak percaya kalau Mama sudah menghembuskan nafas terakhirnya. Saat itulah saat merasakan penyesalan yang sangat mendalam, karena pada saat kepergian Mama, saya sedang tidak berada disampingnya.

Ya Allah, tak terbayang begitu besar cintan Mama kepadaku, anak semata wayangnya. Ya Tuhan, sungguh besar dosaku, aku hanya sempat memberinya setetes kebahagiaan hanya beberapa hari terakhir hidupnya, sungguh penyesalanku tak pernah habis bahkan setelah empat tahun berlalu masih ada luka menganga di hatiku bila mengingatnya.
Ya Allah, genap empat tahun sudah mama pulang keharibaan-Mu, ampuni dosa-dosanya ya Tuhan, berikan tempat yang terbaik di sisi-Mu karena dia layak mendapatkanya.
 
Mama, berkat engkaulah jiwaku tumbuh seperti sekarang. Aku sangat berterimakasih atas semua didikanmu, hingga saya bisa sukses seperti saat ini. Selamat beristirahat mama. Tersenyumlah di sana, setiap langkahku adalah derap langkahmu, setiap tindakanku adalah perwujudan cita-citamu. Dan aku akan meneruskan pengabdianmu untuk membantu orang lain.

Mama...kami semua sangat menyayangimu. Tapi kami sadar,bahwa rupanya Allah SWT lebih menyayangimu dari pada kami semua. Dalam ketawadhu'an dan keikhlasan hidup, Allah SWT telah memanggil mama untuk selama-lamanya. Selamat Jalan mama, semoga mama diampuni segala dosanya, diterima segala amal perbuatannya, dan dilapangkan alam kuburnya. Semoga Allah SWT menempatkan mama sebagai penghuni surga bersama dengan orang-orang yang sholeh. Amiin yaa mujibassa-iliin....


 Mama bersama cucu-cucunya


 Mama di Bandara Juanda Surabaya

Mama bermain bersama cucunya

Mama di Bandara Sultan Hasanuddin
 
Ziarah ke makam Mama
 
 Makam/kuburan Mama
 

 




2 komentar:

  1. Beliau sangat baik terhadap orang, terutama sama keponakanya.. saya sendiri merasakan betapa baiknya Bibi.. terutama pada saat kita singgah di rumah dalam perjalanan baik pergi maupun pulang dari Baubau... beliau selalu menyapa dengan hangat dan meyuguhkan minuman untuk kami dsaat melepas lelah dalam perjalanan...
    Semoga beliau dberikan tempat yg terindah di Surga... Aamiinn...

    BalasHapus
  2. Yang sabar yach Kak Mul...!!
    Kita do'akan semoga beliau Diberikan tempat yang terbaik di sisi Allah Subhanahuwata'ala...Aamiin...

    BalasHapus

 
;