Kamis, 19 Februari 2015

Maafkan Aku Sahabat



Dalam kerendahan hati ada ketinggian budi,
Dalam kemiskinan harta ada kekayaan jiwa
 
Ada sesal di lubuk hati karena......
Terselip khilaf dalam candaku, tergores luka dalam tawaku, terbelit pilu dalam tingkahku, tersinggung rasa dalam bicaraku
Dengan kerendahan hati, aku memohon maaf yang sebesar-besarnya

Yang sekiranya ada sahabatku yang terzholimi 
Akibat kreativitas yang saya curahkan di dunia maya.


Maafkan jika ego ini menguasai hati. Aku hanyalah manusia biasa yang kadang kecewa ketika apa yang terjadi tak sesuai dengan rencana yang kuharapkan.

Sering aku kesal terhadap diriku sendiri mengapa bersikap seperti ini. Saat-saat tertentu aku seperti anak kecil yang mementingkan diri sendiri, ingin dimengerti namun di sisi lain sulit memahami bagaimana kondisimu saat itu. Aku bagai sosok kecil yang bersemanyam dalam bungkus kedewasaan. Kadang hati keruh, jauh dari kejernihan.

Mungkin pernah juga kau lihat raut wajahku yang tampak kesal, sekuat tenaga kusembunyikan, namun tetap nampak dipermukaan.

Ya, sebenarnya aku marah dalam diam, aku kesal dalam lamunan. Kadang terlalu berharap sesuatu kepadamu hingga lupa bahwa, sahabat tetaplah sahabat yang memiliki batas privasi masing-masing yang harus kita maklumi - Ada saat-saat dimana kita saling berbagi suatu pelajaran kehidupan, namun di samping itu ada sesuatu yang tidak bisa kita bagi yang hanya Allah dan diri kita masing-masing yang tahu – itu yang sering aku lupa.

Ah, siapalah aku ini. Aku tak berhak memperlakukanmu seperti ini. Kadang aku tertawa geli dalam sendiri, menyadari betapa konyolnya aku.

Sahabat…, dalam kesal kucoba membasuh muka dalam wudhu berharap akan hilang rasa kesal itu, namun barulah secuil kesal yang hilang larut bersama tetesan air terakhir.

Kubawa lagi decuil kesalku yang lain dalam shalat. Dalam khusyu’ ku memohon kepada Dzat yang Menggenggam jiwa ini, Yang Maha Membolak-balikkan hati berharap rasa ini lebur, hilang dan pergi dari sucinya hati.

Ya Allah, ampuni hamba atas segala dosa. Ampuni hamba yang tak bisa mengendalikan diri, tak bisa memahami bahwa semua yang terjadi atas kehendak-Mu. Aku tak berhak medhaliminya ya Allah.

Ya Allah, berikanlah kelapangan hati, kejernihan pikiran dalam menghadapi segala masalah yang ada. Kumpulkanlah hati-hati ini dalam naungan keagungan cinta-Mu. Ampuni aku dan sahabatku yang bersama-sama berjuang menggapai ridha-Mu.

Alhamdulillah, kesal itu hilang sehabis shalat, lebur dalam doa. Hati lapang, pikiran jernih. Aku merasa lahir kembali. Dalam hati berucap; Maafkan aku sahabat, maaf telah berbuat dhalim kepadamu, semoga Allah mengampuni dosaku juga dosamu.

Tak sabar aku ingin menyampaikan kabar hatiku kepadamu

2 komentar:

  1. seorang sahabat sejati brani mengakui kesalahan dan meminta maaf.. Thanks bro.. tulisan ini juga menggugah hati kecilku karna mungkin kadang tak pernah terpikirkan oleh ku..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya...itulah manusia yg tak luput dan salah dan khilaf. Walau hanya melalui blog ini, berharap bisa menjadi media permintaan maaf saya. Hehe....

      Hapus

 
;